Minggu, 20 Januari 2013

Memahami Unsur Intrinsik Puisi dan Pantun (B. Indonesia Kelas 4)


Memahami Unsur Intrinsik Puisi dan Pantun (B. Indonesia Kelas 4)

PDFPrintE-mail
Puisi adalah ungkapan pengalaman batin seseorang yang diwujudkan dengan bahasa-bahasa indah, perumpamaan, dan kiasan (sumber: anneahira.com). Puisi biasanya terikat oleh jumlah bait, baris, dan rima (persajakan).

Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur pembangun puisi, yaitu
a. tema: pokok persoalan yang mendasari puisi;
b. amanat: pesan/nasihat yang ingin disampaikan pengarang;
c. perasaan penyair: suasana hati penyair saat menciptakan puisi;
d. nada puisi: sikap kita terhadap persoalan yang dibicarakan.

Puisi terdiri atas 2 jenis, yaitu
a. Puisi lama, di antaranya.

1) Pantun 
Contoh: 
Berburu ke padang datar
Mendapat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagai bunga kembang tak jadi

Maksud dan amanat pantun tersebut adalah apabila kita tidak bersungguh-sungguh menuntut ilmu, kita akan rugi karena tidak mendapat apa-apa.

Contoh pantun berikut adalah pantun keagamaan: 
Kemumu di dalam semak
Jatuh melayang selarasnya
Meski ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya

Maksud pantun tersebut adalah meskipun kita berilmu tinggi, ilmu tersebut tidak ada gunanya jika kita tidak menjalankan kewajiban sesuai agama kita.

Contoh pantun jenaka: 
Pohon manggis di tepi rawa
Tempat Kakek tidur beradu
Sedang menangis Nenek tertawa
Melihat Kakek bermain gundu

Maksud dari pantun tersebut adalah Nenek tertawa geli karena melihat Kakek (meskipun sudah tua), main gundu (kelereng), seperti anak-anak.

Berdasarkan pantun tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
(a) setiap bait terdiri atas empat baris;
(b) setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata;
(c) baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi;
(d) berima (sajak akhir) a-b-a-b.

2) Syair 
Syair adalah puisi lama yang bentuknya lebih bebas daripada pantun.

Contoh: 
Titik koma mana yang kurang
Atau ejaan tiada terang
Pembaca jangan berhati berang
Silap dan rua kerap menyerang

Makna yang terkandung dalam syair di atas adalah pembaca jangan marah jika ada kesalahan dari penulis.

Ciri-ciri syair di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Setiap bait terdiri atas 4 baris;
b) Setiap baris terdiri atas 10-12 suku kata;
c) Bersajak (rima) a-a-a-a.

Selain syair dan pantun, masih ada karangan puisi lama yang lain, misalnya talibun dan gurindam.

b. Puisi baru/modern 
Jenis puisi ini tidak terikat pada bait, jumlah baris, ataupun sajak (rima) dalam penulisannya.

Contoh puisi baru/modern:

Untuk Penjual Koran

Sahabat, apalah kau tak pernah lelah
Seharian berdiri di jalan-jalan
Dalam hujan dan debu
Dan asap-asap kendaraan?
Suaramu menggugah
Orang yang serbaingin tahu
“Ada berita apa hari ini?”
Seorang pengemis mati tertabrak!
Mayatnya tergeletak
Di tengah keramaian lalu lintas kendaraan
Berkat kau juga
Kegembiraan para petani
Dalam memetik hasil panen
Terima kasih, sahabat, terima kasih

(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, Balai Pustaka, 1981)

Dari puisi di atas, dapat kita ambil beberapa kesimpulan:
a) Latar tempat puisi itu adalah jalan raya yang ramai.
b) Latar waktu puisi adalah sepanjang hari dari pagi hingga sore hari.
c) Sifat tokoh yang digambarkan si penulis puisi adalah seorang anak yang rajin bekerja.
d) Amanat puisi itu adalah agar kita menghargai semua orang, termasuk penjual koran karena kita membutuhkan dia.

Di dalam puisi, terdapat gaya bahasa yang disebut majas. Majas ada beberapa macam, di antaranya sebagai berikut:
a. Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu.
Contoh: Korban tergeletak dan darahnya membanjiri jalanan.
b. Personifikasi adalah gaya bahasa yang menerapkan sifat-sifat manusia ke dalam benda.
Contoh: Hari masih sepi, mentari baru terbangun dari tidurnya.
c. Metafora adalah majas yang membandingkan satu hal dengan hal lainnya yang memiliki kemiripan sifat.
Contoh: Tikus-tikus di gedung DPR banyak sekali.
Engkaulah matahariku.

Hal yang harus diperhatikan dalam menulis puisi sebagai berikut:
a. Tentukan pengalaman yang paling menarik untuk dijadikan puisi.
b. Tulis pengalaman itu ke dalam baris-baris puisi dengan kata-kata yang indah dan padat.
c. Pilihlah kata-kata yang memiliki makna khas atau konotatif.
d. Berlatihlah terus-menerus agar menghasilkan puisi yang indah dan menarik.
e. Publikasikan puisi itu melalui majalah dinding atau media massa.

Menggunakan Sinonim dan Antonim (B. Indonesia Kelas 4)


Menggunakan Sinonim dan Antonim (B. Indonesia Kelas 4)

PDFPrintE-mail
Sinonim adalah kata yang memiliki persamaan arti.
Contoh: Mobil itu dibelinya secara kredit.
Sinonim kata kredit adalah mencicil/mengangsur.

Musibah gelombang tsunami menimpa rakyat Aceh.
Sinonim kata musibah adalah bencana.

Antonim adalah lawan kata.
Contoh: Anak sulung Pak Darto sudah lulus kuliah.
Lawan kata sulung adalah bungsu.

Matahari terbit di sebelah timur.
Lawan kata terbit adalah terbenam.

Menentukan Unsur Intrinsik Dongeng (B. Indonesia Kelas 4)


Menentukan Unsur Intrinsik Dongeng (B. Indonesia Kelas 4)

PDFPrintE-mail
Dongeng adalah cerita fiksi atau cerita khayalan. Dongeng banyak mengandung pesan moral. Dongeng biasanya diceritakan secara lisan dan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam dongeng terdapat unsur-unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra. Unsur intrinsik dongeng adalah sebagai berikut:
a. Tema, yaitu ide dasar, ide pokok, atau gagasan yang menjiwai keseluruhan cerita. Misalnya tema penindasan dalam cerita Bawang Merah dan Bawang Putih.
b. Amanat, yaitu pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang. Misalnya, amanat dongeng Situ Bagenditadalah sifat kikir dan pelit akan membawa celaka.
c. Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh dalam cerita dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak diceritakan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang porsi penceritaannya lebih sedikit. Misalnya, tokoh dongeng Situ Bagendit adalah Nyi Bagendit. Watak adalah karakter/sifat tokoh. Watak-watak tokoh dapat dikenali melalui perkataan, perbuatan, pikiran, dan reaksi tokoh.
d. Latar adalah tempat dan waktu kejadian. Latar dibedakan menjadi latar tempat, misalnya di kantor, di sawah, dan di bukit; latar waktu, misalnya senja hari, siang hari, zaman perang, dan musim hujan.

Operasi Hitung Bilangan Bulat Pengurangan (Matematika Kelas 4 SD)


Operasi Hitung Bilangan Bulat Pengurangan (Matematika Kelas 4 SD)

PDFPrintE-mail


Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat (Matematika Kelas 6 SD)


Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat (Matematika Kelas 6 SD)

PDFPrintE-mail
  1. Penjumlahan (+) sederajat dengan pengurangan (-)
    Contoh:
    8 – (-7) + 19  = 15 + 19
    =  34

    8 x (-6)  : 4   = - 48 : 4
    =  - 12
    2.  Perkalian (x) sederajat dengan pembagian (:)
      Contoh:
      95 – (-75) x (-5) + 36  : (-3)   =  95 – 375 + (-12)
      =   - 280 + (-12)
      =    - 292

      3.  Operasi hitung yang sederajat, pengerjaannya dilakukan di kiri.
        Contoh:
        (-20 – 16) x (-9) + (7x8) : (-4) =  -36 x (-9) + 56 : (-4)
        =  324 + (-14)
        =  310
        4.  (x) dan (:)  lebih tinggi derajatnya daripada (+) dan (-), maka pengerjaan (x) dan (:) diselesaikan lebih dahulu.
        5. Jika ada tanda kurung pada soal, selesaikan terlebih dahulu soal dalam tanda kurung tersebut.